Mary Jones dan Perjuangan Membawa Alkitab
Suasana pagi hari di Sekolah Minggu terasa lebih ramai dan berbeda dari biasanya. Hari itu, kelas Samuel dan Timotius (KBB – 2 SD) berkumpul di Aula Mini TK. Mereka mendapat kunjungan istimewa dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Kakak-kakak dari LAI hadir untuk melayani semua kelas, membawa sukacita dan pembelajaran firman Tuhan dengan cara yang menarik dan penuh kasih. Kehadiran mereka membuat anak-anak tampak antusias dan bersemangat mengikuti setiap kegiatan.
Setelah selesai bernyanyi memuji Tuhan dan berdoa, seorang kakak dari LAI bernama Daniel menyapa anak-anak dengan ramah.
“Kalo di sini panggilannya Laoshi ya”, kata kak Daniel untuk konfirmasi kepada anak-anak.
“Ya Laoshi” sahut beberapa anak dengan riang.
Laoshi Daniel akan bercerita tentang latar belakang penyebaran Alkitab. Sehingga Alkitab tersebar di seluruh dunia. Kisah ini berawal dari perjuangan gadis kecil bernama Mary Jones. Sembari menampilkan gambar ilustrasinya, Laoshi pun mulai bercerita.
Di sebuah desa Wales di Inggris, ada seorang putri kecil bernama Mary Jones. Ia lahir pada 16 Desember 1784. Ayahnya bernama Jacob Jones dan ibunya bernama Mary. Mereka keluarga sederhana. Orangtua Mary Jones bekerja di pabrik tenun di kaki Gunung Cader Idris, Wales Utara. Orang tuanya Merry Jones penganut Calvinis Methodist yang taat.
Mary Jones menyatakan iman percayanya pada usia delapan tahun. Ia belajar membaca di sekolah yang didirikan oleh pendeta Charles Thomas di Bala. Merry sering berjalan dua mil ke sebuah peternakan untuk membaca salinan Alkitab.
Namun, Mary memiliki kerinduan yang kuat untuk memiliki Alkitab sendiri. Pada masa itu, Alkitab sangat sulit diperoleh dan harganya juga mahal. Tempat terdekat untuk membeli Alkitab adalah kota Bala, yang berjarak 25 mil dari desanya.
Meski demikian, Mary tidak menyerah. Selama enam tahun, ia bekerja keras mengumpulkan uang dengan cara menjual kayu bakar, menjual telur ayam, serta membantu tetangganya.
Pada tahun 1800, saat berusia 16 tahun, Mary akhirnya berangkat ke Bala untuk membeli Alkitab. Ia berjalan kaki sejauh 25 mil. Tanpa alas kaki agar sepatunya tidak rusak. Ia melintasi lembah, sungai, dan pegunungan. Sesampainya di rumah Pendeta Charles, yang merupakan satu-satunya penjual Alkitab di kota tersebut, ternyata Alkitab hanya tersisa satu yang telah dipesan orang lain.
Mary menangis karena kekecewaan.
Tangisannya menyentuh hati Pendeta Charles. Sehingga pak pendeta memutuskan untuk menyerahkan Alkitab tersebut kepada Mary. Alkitab yang diperoleh Mary adalah salinan Alkitab Wales edisi 1799 yang dilengkapi dengan Buku Doa Umum.
Peristiwa ini memberikan dampak besar bagi Pendeta Charles. Ia menyadari bahwa banyak orang lain, seperti Mary, mendambakan memiliki Alkitab tetapi tidak mampu mendapatkannya. Ia kemudian mengusulkan pembentukan lembaga untuk menyediakan Alkitab bagi masyarakat.
Pada tahun 1804, Lembaga Alkitab Inggris (British and Foreign Bible Society) didirikan di London dengan tujuan memastikan ketersediaan Alkitab bagi semua orang.
Pada tahun 1864, Mary Jones meninggal
dan dimakamkan di pemakaman Bryn-crug, Wales. Alkitab yang diperolehnya melalui perjuangan panjang itu, kini disimpan sebagai arsip berharga oleh Lembaga Alkitab Inggris di Perpustakaan Universitas Cambridge.
Setelah selesai bercerita, Laoshi Daniel mengajak anak-anak untuk membaca ayat Alkitab 1 Tesalonika 5:17
“Tetaplah berdoa”.
Setelah itu ditutup dengan doa.Ibadah sekolah Minggu pun selesai dengan penuh sukacita.
Di balik kisah perjuangan gadis kecil ini, kiranya memberikan pembelajaran bagi kita. Supaya lebih semangat dan sukacita membaca Alkitab.
Sebab Alkitab yang merupakan Firman Allah itu berkuasa. Sebagai pedoman hidup. Menuntun kita kepada kebenaran dan jalan keselamatan yang kekal.
Sumber:
Disarikan dari cerita kak Daniel (LAI) dan dari berbagai sumber & YouTube “Ruang Maha Kudus”,
Mary Jones Gadis Kecil Pembawa Inspirasi || Kisah dibalik Berdirinya Lembaga Alkitab.

0 Komentar