Kesesakan Orang Benar dan Janji Kelegaan Allah

Mazmur 118 adalah salah satu mazmur yang sarat dengan makna teologis sekaligus pengalaman iman yang mendalam. Dalam pasal ini, kita menemukan sorakan sukacita, pengakuan iman, juga jeritan hati dari seorang yang sedang berada dalam kesesakan. Ayat 5 menjadi kunci:

“Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.”

Kata kesesakan dalam teks Ibrani berasal dari kata metzar, yang berarti keadaan sempit, terjepit, atau dikepung. Sedangkan kelegaan diterjemahkan dari kata merchav, yang berarti tempat luas, lapang, dan bebas. Perubahan dari sempit menuju luas menggambarkan karya Allah yang membebaskan umat-Nya dari tekanan musuh maupun pergumulan hidup.

Namun, pertanyaan muncul: apakah kesesakan ini disebabkan oleh dosa pemazmur sendiri atau justru karena ia setia pada jalan kebenaran? Inilah yang perlu kita telusuri melalui analisis teks, konteks historis, dan hermeneutika masa kini.

Latar Belakang dan Konteks Mazmur 118

Mazmur 118 merupakan bagian dari kelompok Mazmur Halel (Mazmur 113–118) yang sering digunakan dalam perayaan-perayaan besar Israel, khususnya Paskah Yahudi. Tradisi Yahudi mencatat bahwa mazmur ini dinyanyikan dalam perayaan keluaran dari Mesir, sebagai ungkapan syukur atas penyelamatan Allah.

Beberapa penafsir meyakini bahwa Mazmur 118 ditulis dalam konteks pasca-pembuangan, ketika bangsa Israel baru kembali dari pembuangan Babel. Mereka menghadapi banyak kesulitan: pembangunan Bait Allah yang tertunda, perlawanan dari bangsa sekitar, serta krisis iman di tengah kondisi ekonomi dan politik yang lemah.

Dengan demikian, Mazmur 118 bukan sekadar doa pribadi, melainkan juga nyanyian komunitas yang merasa “dikepung” oleh musuh-musuhnya, tetapi tetap percaya bahwa Allah adalah penyelamat.

Analisis Teks Mazmur 118

1. Ayat 1–4: Seruan untuk bersyukur
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
Mazmur ini diawali dengan pujian yang menekankan kasih setia Allah (hesed), yang menjadi dasar iman Israel.
2. Ayat 5–7: Kesesakan dan kelegaan
Pemazmur berseru dalam kesesakan, dan Allah menjawab dengan membawa ke tempat luas. Keyakinannya sederhana: “TUHAN di pihakku, aku tidak takut.”
3. Ayat 10–14: Dikepung musuh
“Segala bangsa mengurung aku… dalam nama TUHAN aku potong mereka!”
Di sini terlihat jelas bahwa kesesakan bukan karena kesalahan pribadi, melainkan karena perlawanan musuh terhadap orang yang berpihak pada Allah.
4. Ayat 17–18: Penderitaan sebagai didikan
“Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN. TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi tidak menyerahkan aku kepada maut.”
Penderitaan bukan hukuman, tetapi cara Allah mendidik umat-Nya agar imannya matang.
5. Ayat 19–29: Gerbang kebenaran dan batu penjuru
Mazmur ini ditutup dengan gambaran mesianis: batu yang dibuang tukang bangunan menjadi batu penjuru (ayat 22). Dalam Perjanjian Baru, ayat ini diterapkan kepada Isa Almasih (Yesus Kristus), yang ditolak namun menjadi dasar keselamatan umat manusia.

Apakah Kesesakan Itu Hukuman atau Perlawanan Musuh?

Ada dua kemungkinan tafsir:

1. Kesesakan akibat dosa pribadi.
Dalam banyak mazmur lain (misalnya Mazmur 32 atau 51), penderitaan memang dikaitkan dengan akibat dosa pribadi. Namun dalam Mazmur 118, teks lebih menekankan serangan musuh eksternal, bukan kesalahan pemazmur.
2. Kesesakan akibat kebenaran.
Kata-kata “segala bangsa mengurung aku” (ayat 10) menunjukkan bahwa penderitaan datang justru karena pemazmur berdiri di pihak Allah. Dengan kata lain, orang benar seringkali menghadapi penentangan karena kesetiaannya.

Dengan demikian, Mazmur 118 lebih cocok dipahami sebagai gambaran penderitaan orang benar yang diserang oleh musuh, bukan hukuman karena dosa pribadi.

Bagaimana teks ini berbicara kepada kita sekarang?

1. Orang benar pun tidak bebas dari kesesakan. Sering ada anggapan bahwa jika kita hidup benar, hidup akan selalu mulus. Mazmur 118 justru membongkar pemahaman itu: kebenaran sering mendatangkan perlawanan. Orang yang hidup benar bisa saja “dikepung” fitnah, tekanan ekonomi, atau serangan rohani.
Allah hadir memberi kelegaan.
2. Kesesakan bukan akhir. Allah mampu membawa dari tempat sempit menuju tempat luas. Ini mengandung makna spiritual: dari rasa terjepit dan tidak berdaya, Allah membawa pada kebebasan, sukacita, dan pengharapan baru.
3. Penderitaan sebagai proses pendewasaan.
Seperti pemazmur, kita mungkin mengalami “hajaran keras.” Namun itu bukan tanda Allah meninggalkan, melainkan sarana untuk membentuk iman yang matang.
4. Isa Almasih sebagai penggenapan.
Ayat 22–23 tentang batu penjuru diterapkan dalam Perjanjian Baru kepada Isa Almasih (Mat 21:42; Kis 4:11). Dialah yang ditolak manusia, tetapi dipakai Allah sebagai dasar keselamatan. Dengan demikian, Mazmur 118 mencapai puncak penggenapannya dalam karya keselamatan melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

1. Kita perlu sadar bahwa melayani kebenaran bisa mengundang perlawanan. Namun seperti pemazmur, kita dipanggil untuk tetap setia karena Allah yang memanggil juga yang menyertai.
2. Tekanan hidup bisa membuat kita merasa sempit dan terhimpit. Mazmur 118 mengingatkan, di tengah keterbatasan, Allah mampu memberi ruang lega dan jalan keluar.
3. Jangan selalu mengaitkan penderitaan dengan kesalahan pribadi. Ada kalanya penderitaan justru bukti kita sedang berjalan di jalur yang benar.

Mazmur 118 memberikan pelajaran penting: kesesakan adalah bagian dari perjalanan iman orang benar. Pemazmur tidak menyangkal adanya penderitaan, tetapi ia menegaskan bahwa Allah selalu hadir untuk memberi kelegaan. Dari sempit menuju luas, dari terjepit menuju merdeka, dari ketakutan menuju kemenangan – itulah perjalanan iman yang disediakan Allah.

Kesesakan bukan tanda Allah meninggalkan. Sebaliknya, itu bisa menjadi bukti bahwa kita berada di jalur kebenaran, dan Allah sedang menyingkapkan kuasa serta kasih setia-Nya.

 “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mazmur 118:29)

0 Komentar

Type above and press Enter to search.